11 Psikologi dalam Desain dan Manfaatnya – Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa beberapa desain terasa begitu menarik dan membekas di ingatan? Jawabannya terletak pada psikologi desain. Dengan memahami cara kerja pikiran manusia, desainer dapat menciptakan karya yang tidak hanya estetis, tetapi juga mampu membangkitkan emosi dan mendorong tindakan tertentu. 

Artikel ini akan mengungkap 11 prinsip psikologi desain yang akan membantu Anda menciptakan desain yang lebih efektif. Yuk langsung aja kita bahas!

Sebelum memasuki ke inti pembahasan, kami memiliki beberapa rekomendasi Desain Presentasi yang bisa Anda gunakan sebagai referensi dan sesuai dengan kebutuhan. Ingin membuat infografis yang menarik seperti ini? Hubungi tokopresentasi.com sekarang juga.

Apa Itu Psikologi dalam Desain

Psikologi dalam Desain adalah disiplin ilmu yang mengintegrasikan prinsip-prinsip psikologi dengan elemen desain visual untuk menciptakan pengalaman yang memengaruhi perilaku, emosi, dan kognisi pengguna secara efektif. Studi ini tidak hanya menitikberatkan pada estetika, tetapi juga pada bagaimana desain dapat membentuk persepsi, keputusan, dan reaksi pengguna.

Mengapa Psikologi Penting dalam Desain?

Banyak yang menganggap desain sebagai pekerjaan murni artistik, tetapi pandangan ini mengabaikan dimensi ilmiah yang mendukungnya. Menurut Dr. Don Norman, pakar desain terkenal dan penulis buku “The Design of Everyday Things”, desain yang baik adalah hasil dari pemahaman mendalam tentang manusia. “Desain adalah tentang memahami kebutuhan, tujuan, dan perilaku manusia, bukan sekadar membuat sesuatu yang terlihat indah,” katanya.

Sebuah studi oleh Interaction Design Foundation menunjukkan bahwa desain berbasis psikologi dapat meningkatkan keterlibatan pengguna hingga 70%. Hal ini mencakup penggunaan warna, tata letak, dan tipografi yang dirancang untuk mengarahkan perhatian atau membangkitkan emosi tertentu.

Baca Juga: Psikologi Warna Dalam Desain: Manfaat, Jenis, Cara Memilihnya

11 Prinsip Psikologi dalam Desain

Apa saja prinsip psikologi dalam desain? Berikut adalah 11 prinsip psikologi yang dapat diterapkan dalam desain untuk meningkatkan efektivitas dan daya tarik visual:

1. Prinsip Gestalt

Prinsip Gestalt menjelaskan bagaimana manusia cenderung mengelompokkan elemen-elemen visual berdasarkan pola, kesamaan, atau kedekatan. Prinsip ini menciptakan keteraturan dan membantu audiens memahami konten dengan lebih cepat.

Dr. Kurt Koffka, salah satu pendiri teori Gestalt, menyatakan bahwa “Keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya,” menunjukkan pentingnya pola dalam persepsi visual.

Menurut laporan Adobe (2022), 65% pengguna lebih mungkin untuk tetap berada di sebuah halaman web dengan tata letak yang terorganisir.

Redesain logo Coca-Cola pada tahun 2007 menggunakan prinsip kedekatan untuk menyusun elemen-elemen branding, menghasilkan kenaikan penjualan global sebesar 4%.

Mengelompokkan elemen yang sejenis dan menggunakan spasi untuk memisahkan elemen berbeda fungsi. Contoh nyata adalah tata letak aplikasi seperti Google Drive, di mana folder dan file dikelompokkan secara visual untuk kemudahan navigasi.

Prinsip Gestalt, sebuah teori psikologi yang berusia hampir 100 tahun, tetap relevan dalam memahami cara manusia memproses informasi visual. Istilah “Gestalt” sendiri berarti “keseluruhan yang terpadu,” menggambarkan bagaimana manusia cenderung mengorganisir elemen visual menjadi kelompok-kelompok yang bermakna. Prinsip-prinsip ini membantu desainer menciptakan pengalaman visual yang efektif dengan memahami cara pengguna memproses elemen visual dalam suatu konteks. Berikut adalah penjelasan prinsip-prinsip tersebut dengan tambahan wawasan dari pakar, data statistik, studi kasus, dan referensi yang relevan.

1. Kesamaan (Similarity)

Jika seseorang melihat objek-objek yang tampak serupa, mereka cenderung menganggapnya sebagai bagian dari satu kelompok. Kesamaan ini biasanya didefinisikan oleh bentuk, warna, ukuran, tekstur, atau nilai.

Menurut Dr. Rudolf Arnheim, seorang ahli psikologi visual, “Kesamaan menciptakan rasa harmoni visual yang memungkinkan pengguna memahami struktur desain dengan cepat.”

Studi dari Nielsen Norman Group menemukan bahwa 75% pengguna merasa lebih nyaman dengan desain yang menggunakan prinsip kesamaan, karena membantu mereka memahami hierarki informasi lebih cepat.

Situs e-commerce Amazon menggunakan warna dan ukuran font yang konsisten pada kategori produk, sehingga memudahkan pengguna untuk mengenali pola visual tertentu.

Referensi: Artikel “Principles of Gestalt Psychology” oleh Wolfgang Köhler menjelaskan pentingnya kesamaan dalam persepsi visual.

2. Kelanjutan (Continuation)

Prinsip ini menjelaskan bagaimana mata manusia secara alami bergerak dari satu objek ke objek lainnya, sering kali mengikuti garis atau kurva yang mengalir.

Dr. Don Norman, seorang ahli desain interaksi, mengatakan bahwa “kelanjutan dalam desain menciptakan pengalaman pengguna yang lebih intuitif, karena mata cenderung mengikuti pola alami.”

Logo Coca-Cola adalah contoh ikonik dari prinsip ini. Garis lengkung yang konsisten menciptakan kesan aliran yang alami dan menarik perhatian pengguna.

Buku “The Design of Everyday Things” oleh Don Norman membahas pentingnya aliran visual dalam desain.

3. Penutupan (Closure)

Teknik ini didasarkan pada kecenderungan mata manusia untuk melihat bentuk tertutup meskipun objek tersebut tidak lengkap. Mata “mengisi” bagian yang hilang untuk menciptakan bentuk yang dikenali.

Menurut Dr. Richard Gregory, seorang psikolog kognitif, “Penutupan memungkinkan otak menyederhanakan kompleksitas visual, menjadikan informasi lebih mudah dipahami.”

Penelitian dari University of Cambridge menunjukkan bahwa 90% orang mampu mengenali huruf-huruf yang tidak lengkap karena prinsip penutupan.

Logo WWF (World Wildlife Fund) menggunakan prinsip penutupan dengan bentuk panda yang tidak sepenuhnya tertutup, tetapi tetap mudah dikenali.

Referensi: Artikel jurnal “Visual Perception and Gestalt” di Journal of Cognitive Psychology membahas efek penutupan pada desain visual.

4. Kedekatan (Proximity)

Ketika objek ditempatkan berdekatan satu sama lain, mata cenderung mengelompokkannya sebagai satu kesatuan meskipun tidak memiliki kesamaan.

Menurut Kimberly Elam, seorang pakar teori desain, “Kedekatan menciptakan asosiasi visual yang membantu pengguna memahami hubungan antar elemen.”

Sebuah studi oleh Interaction Design Foundation menemukan bahwa 68% pengguna lebih memahami informasi yang dikelompokkan dengan prinsip kedekatan dibandingkan yang tersebar secara acak.

Antarmuka Google Maps menggunakan prinsip kedekatan dengan mengelompokkan ikon navigasi di dekat peta, membantu pengguna memahami fungsionalitas dengan cepat.

Buku “Grid Systems in Graphic Design” oleh Josef Müller-Brockmann mengulas bagaimana kedekatan menciptakan struktur visual yang kuat.

5. Figur/Latar (Figure/Ground)

Prinsip ini menunjukkan kecenderungan mata untuk memisahkan objek dari latar belakangnya. Contohnya adalah gambar yang dapat terlihat sebagai dua wajah atau vas tergantung pada fokus pandangan.

Dr. Edgar Rubin, pencetus prinsip ini, mengatakan, “Kemampuan manusia memisahkan figur dari latar memungkinkan kita untuk memahami gambar kompleks dalam sekejap.”

Poster film “The Silence of the Lambs” menggunakan ilustrasi ngengat yang terlihat seperti wajah tengkorak ketika diperhatikan lebih dalam.

Referensi: Artikel “Figure/Ground Perception” di jurnal Vision Research membahas bagaimana persepsi ini memengaruhi desain visual.

Prinsip-prinsip Gestalt menegaskan dalam praktiknya bahwa otak kita cenderung mempermainkan kita, jadi desainer harus mempertimbangkan fakta tersebut selama proses penciptaan untuk mengecualikan kemungkinan kesalahpahaman.

2. Teori Psikologi Warna

Psikologi warna adalah ilmu yang mempelajari pengaruh warna terhadap pikiran, perilaku, dan reaksi manusia. Penelitian ini menunjukkan bahwa warna memiliki dampak besar pada persepsi pengguna. Oleh karena itu, desainer harus memilih warna dengan cermat untuk memastikan bahwa karya mereka menyampaikan pesan dan suasana yang tepat.

Pendapat Pakar: Menurut Dr. Angela Wright, seorang psikolog warna, “Warna memengaruhi emosi dan perilaku manusia secara langsung, sehingga menjadi elemen penting dalam komunikasi visual.”

Berikut adalah daftar warna dasar dan asosiasi yang biasanya dikaitkan dengannya:

Merah

Biasanya diasosiasikan dengan perasaan yang kuat, penuh gairah, atau agresif. Melambangkan cinta, kepercayaan diri, semangat, dan amarah.

Contoh Visual: Logo Coca-Cola yang menggunakan merah untuk menyampaikan semangat dan energi.

Oranye

Warna yang enerjik dan hangat, membawa perasaan kegembiraan.

Studi Kasus: Iklan Fanta sering menggunakan oranye untuk menyampaikan keceriaan.

Kuning

Warna kebahagiaan yang melambangkan sinar matahari, kegembiraan, dan kehangatan.

Data Statistik: Studi oleh Colorcom menemukan bahwa kuning meningkatkan perhatian hingga 20% dalam desain iklan.

Hijau

Warna alam yang memberikan rasa tenang dan pembaruan. Juga dapat menunjukkan ketidaktahuan atau kurang pengalaman.

Referensi: Buku “Color Psychology and Color Therapy” oleh Faber Birren.

Biru

Sering mewakili citra korporat. Menunjukkan perasaan tenang tetapi juga bisa dikaitkan dengan jarak dan kesedihan.

Contoh Visual: Logo Facebook menggunakan biru untuk menyampaikan rasa kepercayaan dan koneksi.

Ungu

Lama dikaitkan dengan kemewahan dan kekayaan, serta misteri dan sihir.

Studi Kasus: Desain kemasan cokelat Cadbury menggunakan ungu untuk mencerminkan kualitas premium.

Hitam

Warna dengan banyak makna. Diasosiasikan dengan tragedi, kematian, dan misteri. Dapat tradisional maupun modern, tergantung penggunaannya.

Pendapat Pakar: Menurut Eva Heller dalam bukunya “Psychology of Color”, hitam sering digunakan untuk menonjolkan eksklusivitas.

Putih

Melambangkan kemurnian, kepolosan, serta keutuhan dan kejernihan.

Contoh Visual: Desain minimalis Apple yang menggunakan putih untuk menciptakan kesan kesederhanaan dan inovasi.

3. Prinsip Keterbacaan (Readability)

Keterbacaan mengacu pada kemudahan teks untuk dibaca dan dipahami. Faktor seperti ukuran huruf, jarak antar huruf, dan kontras memengaruhi kenyamanan pembaca.

Typografi expert, Matthew Butterick, mengatakan, “Desain tipografi yang buruk sama dengan sabotase terhadap pesan yang ingin Anda sampaikan.”

Sebuah studi Nielsen Norman Group menemukan bahwa pengguna hanya membaca sekitar 20-28% teks di halaman web.

Desain ulang The Guardian pada tahun 2018, yang meningkatkan keterbacaan melalui penggunaan font Guardian Headline dan layout yang lebih bersih, meningkatkan waktu baca rata-rata sebesar 15%.

Pastikan ukuran font yang cukup besar, jarak antar huruf yang ideal, dan kontras warna yang memadai. Contoh nyata adalah penggunaan font sans-serif besar di aplikasi Notion.

4. Prinsip Ruang Kosong (White Space)

Ruang kosong memberikan jeda visual yang nyaman bagi mata, membantu pengguna fokus pada elemen penting dalam desain.

Pakar desain, Jan Tschichold, menyatakan, “Ruang kosong bukanlah ruang yang terbuang; ia adalah bagian penting dari desain.”

Sebuah studi oleh Human Factors International menunjukkan bahwa penggunaan white space yang efektif meningkatkan pemahaman konten sebesar 20%.

Situs web Apple yang menggunakan white space secara ekstensif berhasil meningkatkan konversi hingga 15%.

Gunakan white space untuk mengarahkan perhatian pada elemen penting, seperti tombol call-to-action. Contoh nyata adalah desain produk di situs Shopify.

5. Teori Daya Ingat (Memory)

Teori daya ingat menekankan bahwa terlalu banyak informasi dapat menyebabkan kelebihan beban kognitif, mengurangi daya ingat audiens.

Psikolog George Miller menyatakan bahwa manusia hanya dapat menyimpan sekitar 7±2 item dalam memori jangka pendek.

Menurut penelitian Stanford (2021), desain dengan elemen visual mendukung meningkatkan retensi informasi hingga 42% dibandingkan hanya teks.

Infografis WHO selama pandemi COVID-19 menggunakan ikon sederhana dan teks minimal, meningkatkan penyampaian pesan kesehatan masyarakat secara global.

Gunakan ikon atau grafik sederhana untuk menyampaikan informasi kompleks. Contoh nyata adalah infografis pada dashboard Google Analytics.

6. Teori Hierarki Visual

Hierarki visual mengatur elemen berdasarkan tingkat kepentingannya sehingga audiens dapat memproses informasi lebih mudah.

Desainer legendaris Paul Rand mengatakan, “Desain adalah hierarki komunikasi.”

Studi Smashing Magazine menunjukkan bahwa elemen yang memiliki hierarki visual yang jelas meningkatkan konversi pengguna sebesar 47%.

Desain ulang situs Airbnb menggunakan hierarki visual untuk menonjolkan fitur pencarian utama, meningkatkan pemesanan hingga 25%.

Gunakan ukuran, warna, dan posisi untuk menciptakan hierarki yang jelas. Contoh nyata adalah struktur halaman beranda Amazon.

7. Teori Motivasi (Motivation)

Teori motivasi berfokus pada bagaimana desain dapat memengaruhi tindakan audiens untuk mengambil keputusan.

Dr. B.J. Fogg dari Stanford University menyebutkan, “Desain yang baik adalah desain yang memotivasi tindakan pengguna.”

Penelitian oleh HubSpot menemukan bahwa tombol call-to-action yang dirancang dengan baik meningkatkan klik hingga 121%.

Redesain landing page Dropbox dengan penekanan pada call-to-action menghasilkan peningkatan sign-up sebesar 10%.

Gunakan tombol call-to-action yang jelas dan menarik, seperti tombol “Daftar Sekarang” yang kontras di situs e-commerce Zalora.

8. Visceral Reactions

Apakah Anda pernah merasa jatuh cinta pada sebuah situs web dalam hitungan detik setelah membukanya? Atau mungkin sebuah aplikasi membuat Anda merasa tidak nyaman hanya dengan melihatnya sekilas? Jika ya, Anda sudah mengalami yang disebut reaksi visceral. Reaksi ini berasal dari bagian otak kita yang disebut “otak lama” (old brain) yang bertanggung jawab atas insting, dan bereaksi jauh lebih cepat daripada kesadaran kita.

Pendapat Pakar: Menurut Dr. Donald A. Norman, “Reaksi visceral adalah respons otomatis terhadap estetika yang mencerminkan preferensi emosional yang mendalam.”

Studi Kasus: Desain antarmuka aplikasi Airbnb menggunakan fotografi resolusi tinggi dan elemen warna yang lembut untuk menciptakan daya tarik instan bagi pengguna baru.

Data Statistik: Sebuah penelitian dari Stanford University menunjukkan bahwa 46% pengguna menilai kredibilitas sebuah situs web berdasarkan daya tarik visualnya dalam 2,5 detik pertama.

Referensi: Artikel “Emotional Design” oleh Don Norman memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana reaksi visceral memengaruhi desain.

Desainer memanfaatkan wawasan ini dengan menciptakan kesan estetika positif. Misalnya, penggunaan foto berkualitas tinggi atau gambar warna-warni di halaman utama situs web bukanlah kebetulan. Dengan memahami kebutuhan audiens target, desainer dapat dengan mudah memprediksi apa yang menarik secara visual.

9. Recognition Patterns

Pola pengenalan adalah elemen penting dalam desain yang memungkinkan pengguna mengenali tema umum pada situs web atau aplikasi tertentu. Pola ini didasarkan pada psikologi pengguna yang mengharapkan elemen-elemen tertentu sesuai dengan jenis produk atau layanan yang ditawarkan.

Dr. Jakob Nielsen, pakar usability, mengatakan, “Pengenalan pola membantu menciptakan ekspektasi yang jelas bagi pengguna, sehingga mempercepat proses navigasi dan meningkatkan kenyamanan.”

Pada situs web barbershop, pengguna biasanya mengharapkan warna yang netral dan maskulin serta elemen visual seperti gambar alat potong rambut. Jika elemen-elemen ini digantikan dengan gambar kucing atau warna cerah, hal itu dapat menurunkan kepercayaan pengguna terhadap situs tersebut.

Sebuah survei oleh UX Design Institute menunjukkan bahwa 60% pengguna merasa lebih nyaman menggunakan situs yang mengikuti pola desain standar untuk kategori tertentu.

Situs e-commerce seperti Amazon dan eBay menggunakan filter pencarian dan daftar produk yang jelas di halaman utama. Pola ini menjadi standar sehingga pengguna merasa navigasinya intuitif.

Referensi: Buku “Designing Web Usability” oleh Jakob Nielsen membahas pentingnya pengenalan pola dalam meningkatkan pengalaman pengguna.

10. Scanning Patterns

Sebelum membaca halaman web, pengguna biasanya memindai halaman untuk mendapatkan gambaran apakah mereka tertarik atau tidak. Menurut berbagai studi, termasuk publikasi oleh Nielsen Norman Group dan tim UXPin, terdapat beberapa pola pemindaian populer untuk halaman web, seperti pola “F” dan “Z”.

Pola F

Pola ini adalah pola pemindaian mata yang paling umum, terutama pada halaman web dengan banyak konten. Pengguna pertama-tama memindai garis horizontal di bagian atas layar, lalu bergerak turun sedikit dan membaca di sepanjang garis horizontal yang biasanya lebih pendek. Akhirnya, mereka memindai garis vertikal di sisi kiri teks, mencari kata kunci di awal paragraf. Pola ini sering terjadi pada halaman yang padat teks, seperti blog, platform berita, dan editorial tematik.

Studi Kasus: Halaman artikel di The New York Times dirancang untuk mengakomodasi pola ini dengan paragraf awal yang menarik dan subjudul yang mencolok.

Pola Z

Pola ini diterapkan pada halaman yang tidak terlalu berfokus pada teks. Pengguna pertama-tama memindai bagian atas halaman dari sudut kiri atas ke sudut kanan atas, mencari informasi penting, lalu bergerak secara diagonal ke sudut kiri bawah, dan menyelesaikan dengan garis horizontal di bagian bawah halaman. Pola ini cocok untuk halaman arahan atau situs web yang tidak memerlukan banyak pengguliran.

Studi Kasus: Situs web promosi seperti Dropbox atau Slack sering menggunakan pola Z untuk menonjolkan elemen utama dalam area pre-scroll.

Menurut Dr. Luke Wroblewski, “Memahami pola pemindaian membantu desainer menempatkan elemen penting di area strategis untuk memaksimalkan perhatian pengguna.”

Penelitian oleh Nielsen Norman Group menunjukkan bahwa pola F berlaku untuk 80% pengguna saat membaca artikel panjang, sementara pola Z lebih efektif untuk halaman arahan dengan konversi tinggi.

Referensi: Artikel “How People Scan Websites” oleh Nielsen Norman Group menjelaskan pola-pola ini secara mendalam.

11. Hick’s Law

Hukum Hick menyatakan bahwa semakin banyak pilihan yang ditawarkan kepada pengguna, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat keputusan. Ini berarti semakin banyak opsi yang Anda berikan, baik itu produk untuk dipilih atau gambar untuk dilihat, semakin banyak waktu dan energi yang diperlukan untuk memutuskan langkah berikutnya. Hasil yang mungkin terjadi adalah pengguna membuat pilihan tetapi merasa tidak puas setelah menggunakan produk, atau dalam kasus terburuk, mereka merasa terlalu terbebani dan akhirnya pergi.

Dr. Barry Schwartz dalam bukunya “The Paradox of Choice” mengatakan, “Terlalu banyak pilihan dapat menyebabkan kelumpuhan pengambilan keputusan dan menurunkan tingkat kepuasan.”

Amazon menggunakan filter pencarian untuk mempersempit pilihan produk, memungkinkan pengguna membuat keputusan lebih cepat dan merasa puas dengan pilihan mereka.

Penelitian oleh Sheena Iyengar menunjukkan bahwa peserta yang ditawarkan 6 pilihan lebih mungkin untuk membuat keputusan (30%) dibandingkan dengan mereka yang ditawarkan 24 pilihan (3%).

Desainer disarankan untuk meminimalkan jumlah pilihan, termasuk tombol, gambar, dan halaman, untuk meningkatkan kegunaan produk. Dengan menghilangkan pilihan yang tidak perlu, Anda membuat produk lebih efektif dan intuitif.

Referensi: Artikel “Hick’s Law and User Experience Design” oleh Interaction Design Foundation memberikan panduan mendalam tentang penerapan prinsip ini.

Baca Juga : 10 Jenis Lisensi Font yang Wajib Anda Tahu

Manfaat Psikologi dalam Desain

Desain bukan hanya tentang visual yang menarik, tetapi juga tentang bagaimana elemen-elemen tersebut berinteraksi dengan pikiran dan emosi manusia. Psikologi dalam desain sangat penting karena memungkinkan desainer menciptakan karya yang estetis, fungsional, dan efektif dalam menyampaikan pesan.

Membuat Desain Lebih Efektif

Memahami cara otak memproses informasi visual membantu desainer menciptakan karya yang mudah dipahami dan diingat. Prinsip seperti Gestalt memudahkan pengguna mencerna informasi dengan cepat dan efisien, sementara hirarki visual memastikan elemen penting langsung menarik perhatian.

Meningkatkan Pengalaman Pengguna

Desain yang baik membuat pengguna merasa nyaman dan terlibat. Psikologi membantu menciptakan antarmuka yang ramah dan intuitif, yang tidak hanya menyenangkan secara visual tetapi juga mengurangi frustrasi saat pengguna berinteraksi dengan produk.

Memenuhi Kebutuhan Pengguna

Dengan memahami psikologi pengguna, desainer dapat merancang solusi yang memenuhi kebutuhan dan harapan. Desain yang melibatkan emosi dan relevan bagi pengguna cenderung lebih sukses dalam memenuhi tujuan fungsional dan estetika.

Membangun Brand yang Kuat

Psikologi dalam desain membantu membentuk identitas merek yang kuat dan mudah diingat. Pilihan warna, huruf, dan gambar yang tepat bisa menciptakan merek yang lebih mudah diingat dan disukai oleh audiens.

Pendapat Pakar: Dr. Marty Neumeier dalam bukunya “The Brand Gap” mengatakan, “Desain yang baik adalah bahasa visual yang dapat membangun kepercayaan, empati, dan loyalitas terhadap sebuah merek.”

Jasa Desain dari Toko Presentasi

Anda butuh desain untuk kebutuhan marketing perusahaanmu? Tokopresentasi.com, telah berpengalaman dalam menyediakan jasa desain slide presentasi sejak tahun 2012. Selama lebih dari satu dekade, Toko Presentasi telah menghasilkan lebih dari 25.000 desain untuk berbagai kebutuhan, mulai dari pemerintahan, BUMN, kementerian, hingga perusahaan swasta, UMKM, startup, dan bisnis online. Berbagai klien telah mempercayakan kebutuhan presentasi mereka kepada Toko Presentasi, termasuk pengusaha, wirausaha, trainer, coach, PNS, dan karyawan swasta, menjadikan Toko Presentasi sebagai mitra andal dalam menciptakan presentasi yang profesional dan menarik.


Ingin mengetahui lebih lanjut terkait layanan desain, animasi dan training kami?

Hubungi kami di: