Teknik Storytelling dan Cara Menggunakannya – Siapa yang tidak suka mendengar cerita? Sejak kecil, kita sudah terbiasa dengan dongeng, cerita rakyat, hingga kisah fiksi. Storytelling, atau seni bercerita, ternyata bukan hanya untuk menghibur. Dalam dunia bisnis dan pemasaran, storytelling menjadi alat yang sangat ampuh untuk membangun koneksi emosional dengan audiens. Ingin tahu bagaimana caranya? 

Yuk, kita bahas 15 teknik storytelling yang bisa Anda gunakan untuk membuat cerita merek Anda semakin menarik dan berkesan.

Sebelum memasuki ke inti pembahasan, kami memiliki beberapa rekomendasi Desain Presentasi yang bisa Anda gunakan sebagai referensi dan sesuai dengan kebutuhan. Ingin membuat infografis yang menarik seperti ini? Hubungi tokopresentasi.com sekarang juga.

Apa Itu Teknik Storytelling?

Storytelling telah lama diakui sebagai cara yang sangat efektif untuk menciptakan koneksi emosional antara brand dan target audiens. Menurut Dr. Jennifer Aaker, seorang pakar pemasaran dari Stanford Graduate School of Business, cerita memiliki kekuatan untuk membuat pesan menjadi lebih menarik, relevan, dan mudah diingat. Penelitian menunjukkan bahwa orang 22 kali lebih mungkin mengingat fakta jika fakta tersebut disampaikan melalui cerita dibandingkan dengan hanya berupa data mentah (Aaker, 2018).

Teknik Storytelling untuk Brand

Teknik storytelling memungkinkan brand untuk membangun dunia imajinatif yang relevan dengan kehidupan audiens. Menurut laporan Hubspot, storytelling efektif dalam menyentuh emosi audiens dan mempersuasi mereka untuk melakukan tindakan tertentu (call-to-action). Contohnya, ketika sebuah brand sepatu wanita ingin menyasar wanita karir atau mahasiswa yang sering diburu waktu, mereka dapat memanfaatkan storytelling untuk mengilustrasikan masalah sehari-hari audiens, seperti kerepotan menggunakan sepatu bertali. Dengan menawarkan solusi berupa sepatu slip-on yang praktis dan stylish, brand dapat menciptakan cerita yang terhubung dengan pain points audiens mereka.

Sebagai contoh studi kasus, merek sepatu TOMS berhasil memanfaatkan storytelling dengan menyampaikan narasi sosial melalui kampanye “One for One”. Kampanye ini menceritakan bagaimana setiap pembelian sepatu akan memberikan sepasang sepatu kepada anak-anak yang membutuhkan. Narasi ini tidak hanya membangun koneksi emosional tetapi juga meningkatkan loyalitas konsumen.

Elemen Storytelling yang Efektif

Cerita yang baik mengandung komponen berikut, yang semuanya telah didukung oleh riset dan praktik terbaik:

  1. Entertaining: Storytelling harus membuat audiens merasa antusias untuk mengetahui apa yang terjadi selanjutnya. Menurut psikolog Dr. Melanie Green, cerita yang menarik dapat mengaktifkan sistem dopamin di otak, yang meningkatkan keterlibatan audiens. Contoh, iklan Coca-Cola yang menggambarkan petualangan di dunia imajinatif berhasil mencuri perhatian audiens secara global.
  2. Believable: Cerita harus membangun kepercayaan. Sebuah studi oleh Edelman Trust Barometer menunjukkan bahwa 81% konsumen mengatakan kepercayaan pada brand memengaruhi keputusan pembelian mereka. Oleh karena itu, narasi yang realistis dan sesuai dengan pengalaman audiens akan lebih efektif.
  3. Educational: Storytelling dapat memberikan pengetahuan baru. Sebagai contoh, kampanye Dove “Real Beauty” tidak hanya menceritakan kisah tetapi juga memberikan wawasan tentang persepsi kecantikan yang sehat, didukung oleh data riset tentang self-esteem wanita.
  4. Relatable: Audiens harus merasa bahwa cerita tersebut relevan dengan situasi mereka. Sebuah penelitian oleh Nielsen menyebutkan bahwa iklan dengan cerita yang relatable 55% lebih efektif dalam membangun koneksi emosional dibandingkan iklan biasa.
  5. Memorable: Cerita yang baik harus mudah diingat. Kampanye ikonik seperti “Just Do It” dari Nike telah membuktikan bahwa storytelling yang sederhana namun kuat dapat tetap melekat di benak konsumen selama bertahun-tahun.
  6. Trendy: Cerita harus relevan dengan tren saat ini. Menurut riset Statista, 68% audiens lebih tertarik pada konten yang mencerminkan isu atau tren terkini, seperti isu keberlanjutan atau inovasi teknologi.

Storytelling bukan sekadar menyampaikan fakta, tetapi menciptakan pengalaman yang melibatkan audiens secara emosional dan intelektual. Dengan memasukkan elemen-elemen seperti hiburan, kredibilitas, edukasi, relevansi, daya ingat, dan tren, brand dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan audiens mereka. Untuk memaksimalkan efektivitas, brand juga dapat mendukung cerita mereka dengan data statistik dan studi kasus yang relevan, sehingga narasi menjadi lebih terpercaya dan berdampak.

Baca Juga:  Contoh Desain PowerPoint yang Kreatif

15 Teknik Storytelling

Storytelling adalah salah satu cara paling efektif untuk menyampaikan pesan dan membangun koneksi emosional dengan audiens. Dalam berbagai konteks, baik itu pemasaran, presentasi bisnis, atau narasi pribadi, kemampuan bercerita yang baik sangat menentukan seberapa kuat pesan yang kita sampaikan akan diterima. Berikut adalah 15 teknik storytelling yang dapat membuat cerita kamu lebih menarik, relevan, dan berkesan:

1. Opening yang Kuat

Pembukaan adalah momen krusial dalam storytelling. Menurut Dr. Carmine Gallo, seorang ahli komunikasi dan penulis buku “Talk Like TED”, pembukaan yang menarik dapat meningkatkan perhatian audiens hingga 30%. Mulai dengan pertanyaan retoris, fakta mengejutkan, atau kutipan yang memicu pemikiran akan membuat mereka lebih terlibat dari awal. Contohnya, memulai cerita dengan kalimat seperti, “Pernahkah kamu merasa seperti seluruh dunia menentangmu?” bisa membuat audiens merasa terhubung.

2. Menggunakan Konflik

Konflik adalah inti dari setiap cerita yang bagus. Konflik menciptakan ketegangan dan emosi, dua elemen penting yang membuat cerita hidup. Studi dari University of Vermont menemukan bahwa cerita dengan konflik internal atau eksternal lebih cenderung memengaruhi keputusan audiens. Contoh nyata adalah kampanye “Share a Coke” oleh Coca-Cola, yang menggambarkan kisah persahabatan dan tantangan emosional untuk membangun koneksi.

3. Membangun Karakter yang Kuat

Karakter adalah kunci dalam storytelling dan harus memiliki kepribadian, tujuan, dan perkembangan yang jelas. Menurut penelitian oleh Psychology Today, karakter yang relatable dapat meningkatkan empati audiens hingga 60%. Misalnya, karakter yang memiliki perjalanan dari titik terendah menuju kesuksesan akan selalu menarik perhatian.

4. Alur yang Jelas

Setiap cerita membutuhkan alur yang jelas dan terstruktur dengan baik. Struktur naratif tradisional mencakup pengenalan, konflik, klimaks, dan resolusi. Pengenalan bertujuan untuk memperkenalkan karakter dan setting, sementara konflik mulai memanas saat cerita memasuki klimaks. Resolusi kemudian menyelesaikan ketegangan dan memberikan akhir yang memuaskan.

5. Emosi yang Autentik

Emosi adalah elemen yang menggerakkan audiens. Menurut riset oleh Harvard Business Review, cerita dengan emosi autentik lebih mudah diingat oleh audiens hingga 75%. Ketika audiens bisa merasakan apa yang dirasakan oleh karakter, mereka akan lebih mudah terhubung dengan cerita dan pesan yang disampaikan.

6. Menggunakan Dialog

Dialog memberikan cerita lebih banyak dinamika dan keaslian. Ketika karakter berkomunikasi melalui percakapan, audiens dapat merasakan interaksi langsung dan memahami lebih banyak tentang kepribadian karakter. Misalnya, kampanye Nike “You Can’t Stop Us” menggunakan dialog internal atlet untuk menunjukkan perjalanan emosional mereka.

7. Deskripsi yang Menarik

Deskripsi adalah alat penting dalam storytelling. Deskripsi yang tepat memberikan latar belakang cerita dan membantu audiens membayangkan adegan, karakter, dan setting dengan jelas. Namun, menurut pakar narasi Lisa Cron, terlalu banyak deskripsi dapat mengurangi tempo cerita. Sebaiknya, gunakan deskripsi yang relevan untuk mendorong aksi.

8. Point of View (Sudut Pandang)

Sudut pandang atau point of view (POV) adalah perspektif dari mana cerita disampaikan. Pilihlah sudut pandang yang tepat untuk ceritamu. Apakah kamu ingin menggunakan sudut pandang orang pertama untuk memberikan pengalaman yang lebih personal? Atau mungkin sudut pandang orang ketiga untuk memberikan pandangan yang lebih luas dan objektif? Setiap pilihan POV akan memengaruhi bagaimana audiens terhubung dengan karakter dan cerita.

9. Penggunaan Metafora dan Simile

Metafora dan simile membantu menggambarkan konsep abstrak dengan cara yang lebih mudah dipahami. Menurut studi dari Cognitive Linguistics, metafora yang kuat dapat meningkatkan pemahaman audiens hingga 25%. Misalnya, menggambarkan tantangan hidup sebagai “jalan berliku” akan membuat audiens lebih mudah mengaitkan cerita dengan pengalaman mereka sendiri.

10. Cliffhanger

Cliffhanger adalah teknik untuk menutup sebuah bab atau bagian cerita dengan ketegangan yang belum terselesaikan. Teknik ini sering digunakan dalam serial TV atau novel berseri untuk memastikan audiens kembali untuk mengetahui akhir cerita. Serial “Stranger Things” menggunakan teknik ini dengan sangat efektif, sehingga menarik jutaan penonton setiap musimnya.

11. Foreshadowing

Foreshadowing menciptakan antisipasi dan ketegangan. Sebuah studi oleh Journal of Media Psychology menunjukkan bahwa audiens lebih terlibat dalam cerita yang menggunakan foreshadowing karena mereka merasa penasaran akan apa yang terjadi selanjutnya. Teknik ini memberikan lapisan kedalaman tambahan pada cerita.

12. Menggunakan Struktur Tiga Babak

Struktur tiga babak adalah salah satu teknik storytelling paling klasik dan efektif. Menurut Christopher Vogler dalam “The Writer’s Journey”, struktur ini mempermudah audiens untuk memahami dan mengikuti cerita. Babak pertama memperkenalkan karakter dan situasi awal, babak kedua menampilkan konflik dan perkembangan cerita, dan babak ketiga menyajikan resolusi.

13. Moral atau Pesan yang Jelas

Setiap cerita yang baik biasanya memiliki pesan atau moral yang ingin disampaikan. Pesan ini bisa eksplisit atau implisit, tetapi harus ada sesuatu yang audiens bisa ambil dari cerita tersebut. Sebagai contoh, kampanye “Real Beauty” oleh Dove menyampaikan pesan tentang penerimaan diri dan kecantikan alami.

14. Show, Don’t Tell

Salah satu prinsip penting dalam storytelling adalah “show, don’t tell” – tunjukkan, jangan hanya ceritakan. Daripada memberi tahu audiens bahwa seorang karakter marah, tunjukkan bagaimana karakter itu bertindak ketika marah. Misalnya, deskripsikan bagaimana mereka menggertakkan gigi, mengepalkan tangan, atau berbicara dengan nada tinggi.

15. Pacing yang Tepat

Pacing yang baik menjaga cerita tetap dinamis tanpa terasa terburu-buru atau lambat. Studi oleh Nielsen Norman Group menyebutkan bahwa audiens cenderung kehilangan minat jika cerita tidak memiliki pacing yang seimbang. Bagian yang penuh aksi bisa dipercepat untuk menambah ketegangan, sementara momen-momen emosional bisa diperpanjang untuk memberikan waktu bagi audiens meresapi makna cerita.

Baca Juga: 10 Jenis Lisensi Font yang Wajib Anda Tahu

Tips Memilih atau Menggunakan Storytelling

Bingung memilih teknik storytelling mana yang cocok digunakan? Berikut adalah beberapa tips untuk membantu Anda menentukan pilihan dan memanfaatkan storytelling secara maksimal:

1. Kenali Tujuan dan Audiens

Pahami tujuan utama dari storytelling yang akan digunakan. Apakah Anda ingin mengedukasi, menghibur, atau menginspirasi? Selain itu, lakukan riset mendalam tentang audiens Anda. Faktor seperti usia, jenis kelamin, minat, dan preferensi mereka dapat memberikan wawasan berharga untuk menciptakan cerita yang relevan. Menurut penelitian oleh Nielsen, cerita yang relevan dengan audiens memiliki tingkat keterlibatan 80% lebih tinggi dibandingkan cerita yang umum.

2. Pilih Struktur Cerita yang Tepat

Gunakan struktur cerita yang sesuai dengan tujuan dan audiens. Struktur klasik seperti pengantar, konflik, dan resolusi sering kali efektif, tetapi jangan ragu untuk menyesuaikan dengan kebutuhan spesifik. Misalnya, jika Anda ingin menyoroti transformasi, gunakan struktur berbasis perjalanan karakter. Sebagai contoh, struktur “Hero’s Journey” yang populer dapat membantu audiens memahami perubahan besar yang dialami karakter utama.

3. Bangun Karakter dengan Kedalaman Psikologis

Karakter yang relatable dapat membuat audiens merasa lebih terhubung dengan cerita. Berikan latar belakang, motivasi, dan konflik yang membuat karakter tersebut terasa nyata. Menurut riset oleh Harvard Business School, karakter dengan motivasi yang jelas lebih mudah menginspirasi audiens untuk bertindak.

4. Ciptakan Konflik yang Memikat

Konflik adalah elemen yang membuat cerita menjadi dinamis dan menarik. Pilih konflik yang relevan dengan tema cerita dan audiens Anda. Konflik yang kuat tidak hanya menjaga perhatian audiens tetapi juga memberikan dimensi emosional pada cerita. Contohnya, dalam kampanye “Real Beauty” oleh Dove, konflik antara standar kecantikan sosial dan penerimaan diri menciptakan dampak emosional yang besar.

5. Gunakan Elemen Visual dan Audio

Jika memungkinkan, tambahkan elemen visual dan audio untuk memperkuat cerita. Gambar, video, dan musik dapat meningkatkan daya tarik dan membantu menyampaikan pesan dengan lebih kuat. Menurut riset oleh Hubspot, konten visual meningkatkan pemahaman audiens sebesar 70%. Pastikan elemen tersebut relevan dan mendukung cerita, bukan hanya sebagai tambahan estetis.

6. Sampaikan Pesan dengan Jelas

Pesan utama dari cerita harus disampaikan dengan jelas dan tidak ambigu. Audiens harus dapat memahami inti cerita tanpa kesulitan. Hindari informasi yang berlebihan atau tidak relevan yang dapat mengaburkan pesan utama. Menurut penelitian oleh Edelman, kejelasan dalam storytelling meningkatkan kepercayaan audiens terhadap brand sebesar 65%.

7. Integrasikan Emosi dalam Cerita

Emosi adalah salah satu elemen terpenting dalam storytelling. Cerita yang membangkitkan emosi seperti kegembiraan, kesedihan, atau kekaguman cenderung lebih berkesan. Sebuah studi dari University of Berkeley menemukan bahwa cerita dengan elemen emosional memiliki kemungkinan untuk diingat hingga 22 kali lebih besar dibandingkan cerita biasa.

8. Sesuaikan dengan Format dan Media

Setiap format dan media membutuhkan pendekatan storytelling yang berbeda. Cerita untuk media sosial mungkin memerlukan narasi yang singkat dan visual yang kuat, sementara cerita untuk presentasi atau artikel membutuhkan detail yang lebih mendalam. Pastikan cerita Anda sesuai dengan platform yang digunakan agar pesan dapat diterima dengan baik.

Dengan mengikuti tips ini, Anda dapat memilih dan menggunakan teknik storytelling yang paling sesuai untuk kebutuhan Anda, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan efektif oleh audiens. Cerita yang dirancang dengan baik tidak hanya akan menarik perhatian, tetapi juga menciptakan koneksi yang mendalam dan meninggalkan kesan yang abadi.

Jasa Pembuatan Presentasi dari Toko Presentasi

Apakah Anda seorang pengusaha, mahasiswa, atau profesional yang membutuhkan presentasi untuk rapat, seminar, atau proposal bisnis? Toko Presentasi siap membantu Anda menyampaikan pesan dengan efektif. Kami memahami kebutuhan presentasi Anda dan akan menyesuaikan desain dan konten sesuai dengan target audiens Anda.

Tokopresentasi.com memiliki pengalaman luas dalam mendesain lebih dari 25.000 slide presentasi sejak tahun 2012. Kami telah memenuhi berbagai kebutuhan di sektor pemerintahan, BUMN, kementerian, perusahaan swasta, UMKM, startup, hingga bisnis online. Klien kami meliputi pengusaha, pelatih, coach, PNS, dan karyawan dari berbagai latar belakang.


Ingin mengetahui lebih lanjut terkait layanan desain, animasi dan training kami?

Hubungi kami di: